Diabetes muda makin sering muncul, bukan karena satu kebiasaan saja, tapi karena tumpukan risiko yang datang bareng. Kombinasi faktor genetik, pola hidup modern, dan beberapa kondisi medis membuat gula darah lebih mudah naik, lalu sulit turun ke level normal.
Pemicu yang paling umum adalah berat badan berlebih, terutama lemak di perut. Lemak visceral di area ini mendorong resistensi insulin. Artinya, insulin masih ada, tetapi kerjanya kurang efektif. Akibatnya, gula darah lebih gampang melonjak dan bertahan tinggi lebih lama dari seharusnya.
Di sisi lain, pola makan tinggi gula dan karbo olahan jadi bahan bakar masalah ini. Minuman manis seperti teh manis, kopi susu, soda, sampai boba membuat lonjakan gula terjadi berulang. Ditambah makanan tepung olahan seperti roti manis, mie instan, gorengan, dan camilan kemasan, tubuh seperti diajak “naik turun gula” setiap hari. Lama kelamaan, pankreas bekerja keras terus menerus dan bisa mengalami penurunan kemampuan mengatur gula darah.
Kurang aktivitas fisik memperparah situasi. Gaya hidup sedentary menurunkan sensitivitas insulin, sehingga tubuh butuh insulin lebih banyak untuk efek yang sama. Bahkan pada orang yang merasa makannya tidak berlebihan, jarang bergerak tetap meningkatkan risiko diabetes tipe 2 di usia muda.
Faktor keturunan ikut menentukan cepat tidaknya risiko itu menjadi nyata. Bila orang tua atau saudara kandung punya diabetes tipe 2, risikonya lebih tinggi, apalagi jika pola makan dan rutinitas harian di rumah ikut mirip. Ini sebabnya ada orang yang terlihat “biasa saja” tetapi angkanya cepat naik saat mulai masuk usia dewasa muda.
Kurang tidur dan stres kronis juga sering jadi pemicu yang diremehkan. Saat tidur kurang dan stres berkepanjangan, hormon stres seperti kortisol bisa meningkat. Kondisi ini dapat menaikkan gula darah dan memperkuat resistensi insulin. Efeknya sering terasa pelan, tapi konsisten, terutama kalau dikombinasikan dengan makan manis dan minim gerak.
Ada juga kondisi metabolik dan hormonal yang sering berjalan seiring. PCOS pada perempuan, hipertensi, kolesterol atau trigliserida tinggi, serta fatty liver bisa menjadi sinyal tubuh sedang masuk jalur risiko diabetes. Merokok memperburuk resistensi insulin. Alkohol berlebihan juga bisa mengacaukan metabolisme dan memperumit kontrol gula darah.
Selain tipe 2, diabetes muda juga bisa muncul karena tipe lain. Tipe 1 bersifat autoimun dan tidak disebabkan kebanyakan gula. Tipe ini bisa muncul dari anak hingga dewasa muda. Ada juga MODY yang lebih jarang, dipicu genetik spesifik, sering muncul di usia muda dan kadang terjadi pada orang yang tubuhnya tetap kurus.
Tanda awal yang perlu diwaspadai sering terasa seperti keluhan harian. Sering haus dan sering buang air kecil, cepat lapar, mudah lelah, berat badan turun tanpa sebab, luka lama sembuh, kesemutan, penglihatan kabur, serta infeksi jamur berulang termasuk yang paling sering muncul.
Untuk memastikan, pemeriksaan yang umum dilakukan adalah gula darah puasa dan HbA1c yang menggambarkan rata rata gula darah dalam sekitar tiga bulan terakhir. Pada kondisi tertentu, tes toleransi glukosa oral atau TTGO dipakai, terutama saat hasil pemeriksaan awal masih berada di zona abu abu.
Intinya sederhana. Diabetes muda bukan takdir tunggal, tapi pola yang bisa terbentuk pelan pelan dari kebiasaan yang terlihat normal. Analisis lebih mendalam mengenai fenomena ini bisa ditemukan di Insimen untuk perspektif yang lebih tajam.
Eksplorasi konten lain dari Insimen
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.









