Bethlehem akhirnya kembali terang. Untuk pertama kalinya sejak perang di Gaza pecah, kota kelahiran Yesus itu menyalakan lagi pohon Natal raksasa di depan Gereja Kelahiran di Manger Square, disaksikan ribuan warga dan peziarah yang rindu suasana Natal yang sempat hilang. Pohon setinggi sekitar 20 meter itu menjadi semacam pernyataan publik bahwa Bethlehem menolak terus hidup dalam gelap, sekalipun dentuman perang belum benar benar berlalu.
Dua tahun terakhir, seluruh perayaan Natal terbuka dibatalkan. Perang di Gaza yang meletus setelah serangan Hamas pada Oktober 2023 menjeret kota ini ke musim sepi berkepanjangan. Pariwisata yang menjadi urat nadi ekonomi Bethlehem runtuh hampir ke titik nol. Hotel tutup, restoran menggulung tikar, pengangguran melonjak tajam dan banyak warga terpaksa meninggalkan kota untuk mencari penghidupan. Pemerintah kota menyebut mayoritas penduduk hidup dari arus wisatawan. Ketika rombongan tur berhenti datang, hampir semua mata pencaharian ikut padam.
Keputusan wali kota untuk menggelar kembali perayaan penuh sempat memicu perdebatan. Sebagian menilai pesta terang benderang terasa janggal ketika penderitaan di Gaza masih menganga. Wali kota Maher Canawati menjawab dengan pesan yang tegas. Ia menegaskan bahwa luka Gaza adalah luka Bethlehem juga dan cahaya Natal tidak punya makna jika tidak sekaligus menjadi solidaritas bagi yang tertindas. Di lapangan, Manger Square dipenuhi warga Kristen dan Muslim yang datang bersama keluarga. Mereka berdoa, berfoto, dan menikmati momen langka ketika kota kecil itu terasa sedikit lebih ringan. Seorang warga berkata, mereka hanya sedang mencari harapan dan berharap dari momen ini damai akhirnya punya kesempatan.
Di balik kelap kelip lampu, realitas ekonomi Bethlehem tetap berat. Toko suvenir masih jauh dari ramai, banyak bisnis berjalan setengah hati sambil menunggu apakah wisatawan benar benar kembali atau hanya lewat sebentar. Namun bagi warga, menyalakan pohon Natal tahun ini sudah menjadi langkah politik dan spiritual sekaligus. Mereka ingin mengirim sinyal sederhana kepada dunia. Kota ini belum menyerah, dan Natal di sini masih ingin bicara tentang harapan yang membandel meski dikepung ketidakpastian. Analisis lebih mendalam mengenai fenomena ini bisa ditemukan di Insimen untuk perspektif yang lebih tajam.









