Skip to main content

Trump Ukraina kembali menjadi sorotan dunia setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump tampak menahan dukungan militer baru kepada Ukraina dalam pertemuannya dengan Presiden Volodymyr Zelenskiy di Gedung Putih pada Jumat (17/10). Alih-alih menjanjikan pasokan rudal jarak jauh seperti Tomahawk yang diminta Kyiv, Trump justru menyerukan agar kedua pihak “menghentikan perang sekarang juga,” bahkan jika itu berarti Ukraina harus menyerahkan sebagian wilayahnya.

Trump menyampaikan seruan itu setelah pertemuan lebih dari dua jam dengan Zelenskiy. Ia juga mengonfirmasi akan segera bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Hungaria, dalam upaya yang ia sebut sebagai langkah menuju perdamaian. Pernyataan itu langsung menimbulkan kekhawatiran di Eropa bahwa Washington mungkin tengah mengatur kesepakatan yang menguntungkan Moskow.

Trump Dorong Gencatan Senjata, Bukan Bantuan Baru

Zelenskiy datang ke Washington dengan harapan membawa pulang komitmen bantuan militer tambahan. Namun, hasil pertemuan justru menunjukkan prioritas baru Gedung Putih di bawah Trump: diplomasi, bukan senjata.

Trump Serukan Hentikan Perang Seketika

“Berhenti di garis pertempuran, dan semua orang pulang ke keluarga mereka,” kata Trump dalam pernyataannya sebelum kembali ke kediamannya di Florida. Ia mengaku telah menyampaikan pesan serupa kepada Putin.

Trump menegaskan bahwa solusi terbaik adalah menghentikan pertumpahan darah, bukan memperpanjangnya dengan pengiriman senjata baru. “Kami juga membutuhkan Tomahawk untuk melindungi negara kami,” ujarnya, menolak permintaan Zelenskiy.

Pernyataan itu menandai perubahan tajam dari posisi Amerika sebelumnya yang secara konsisten mendukung Ukraina dengan bantuan militer bernilai miliaran dolar.

Reaksi Zelenskiy: Realistis tapi Kecewa

Zelenskiy tetap diplomatis dalam tanggapannya, menyebut pertemuan itu “produktif,” meski mengakui bahwa peluang mendapatkan rudal jarak jauh tampak kecil. “Kami tidak ingin berbicara tentang Tomahawk sekarang. Amerika tidak ingin eskalasi, dan saya realistis,” katanya.

Namun, ia menegaskan masih berharap Trump dapat menekan Putin untuk menghentikan perang. “Presiden Trump benar, kita harus berhenti di posisi kita sekarang, dan kemudian berbicara,” ujar Zelenskiy setelah pertemuan.

Pertemuan dengan Putin dan Kekhawatiran Eropa

Trump berencana bertemu Putin di Hungaria dalam beberapa minggu ke depan, menandai kembalinya pendekatan diplomatik langsung antara Washington dan Moskow.

Eropa Waspadai “Kesepakatan Senyap”

Negara-negara Eropa, terutama di NATO, menyambut hati-hati langkah ini. Seorang juru bicara Uni Eropa mengatakan pihaknya mendukung setiap upaya perdamaian yang nyata, tetapi memperingatkan agar “tidak ada kesepakatan yang melemahkan kedaulatan Ukraina.”

Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Sejak awal masa kepresidenannya, Trump dikenal condong pada pendekatan negosiasi personal dengan Putin, sesuatu yang membuat frustrasi banyak sekutu Barat.

Putin: Pertemuan Mungkin Ditunda

Dari Moskow, Kremlin menyatakan pertemuan mungkin ditunda sedikit dari jadwal dua minggu yang disebut Trump. “Masih banyak hal yang harus diputuskan,” kata juru bicara Putin.

Meski begitu, banyak analis menilai langkah ini sebagai taktik Moskow untuk menunda keputusan dan menekan Ukraina serta sekutunya.

Ketegangan di Lapangan: Rusia Masih Maju

Sementara diplomasi berjalan di Washington, situasi di medan perang tetap panas. Lebih dari tiga tahun sejak invasi penuh pada 2022, Rusia masih terus melakukan serangan dan mengklaim kemajuan baru di Ukraina timur.

Klaim Terbaru Rusia

Putin mengklaim pasukannya telah merebut hampir 5.000 kilometer persegi wilayah Ukraina sepanjang tahun 2025, menambah 1% ke wilayah yang sudah dikuasai sebelumnya. Kedua pihak juga meningkatkan serangan terhadap infrastruktur energi satu sama lain, bahkan beberapa drone Rusia dilaporkan melintasi wilayah udara negara NATO.

Namun, Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, Jenderal Oleksandr Syrskyi, menegaskan bahwa serangan Rusia gagal mencapai tujuan strategisnya. “Rusia tidak berhasil merebut kota besar baru sejak awal tahun,” ujarnya.

Ukraina Tetap Siap Berperang

Dalam pertemuan, Zelenskiy mengatakan negaranya memiliki ribuan drone siap digunakan untuk menyerang target Rusia, tetapi kekurangan misil jarak jauh. “Kami tidak punya Tomahawk, itulah mengapa kami membutuhkannya,” katanya blak-blakan.

Trump menjawab dingin, “Kami lebih suka mereka tidak membutuhkannya sama sekali.”

Analisis: Strategi Trump Bisa Ubah Dinamika Global

Langkah Trump Ukraina menahan dukungan militer dipandang sebagai sinyal perubahan besar dalam kebijakan luar negeri AS.

Analis Nilai AS Tak Ingin Tekan Rusia

Michael Carpenter, mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS, mengatakan sikap Trump ini sejalan dengan pendekatan yang enggan “memberi tekanan nyata kepada Rusia.” “Pertemuan ini tidak seperti yang diharapkan Zelenskiy,” ujarnya kepada Reuters.

Max Bergmann dari Center for Strategic and International Studies menambahkan, langkah Putin mendekati Trump kemungkinan dimaksudkan untuk mencegah AS mengirim rudal Tomahawk. “Ini taktik klasik menunda dan melemahkan dukungan bagi Kyiv,” katanya.

Ukraina Butuh Tekanan Konstan

Mykola Bielieskov, analis di organisasi Come Back Alive, mengatakan rudal Tomahawk bisa menyeimbangkan kekuatan di medan perang. “Kami tidak berharap Rusia runtuh dalam satu atau dua serangan, tapi ini soal tekanan konstan untuk melemahkan industri militernya,” ujarnya.

Sentuhan Personal di Tengah Ketegangan

Meski tegang, Trump sempat melontarkan pujian pribadi kepada Zelenskiy. Ia memuji sang presiden Ukraina karena kali ini mengenakan jas gelap setelah sebelumnya dikritik datang ke Gedung Putih tanpa jas. “Dia tampak sangat bagus dengan jasnya,” kata Trump sambil tersenyum. “Saya harap orang-orang memperhatikan.”

Pernyataan ringan itu menjadi momen singkat yang mencairkan suasana dalam pertemuan yang diwarnai ketegangan politik dan diplomatik tinggi.

Pertemuan Trump Ukraina kali ini menegaskan pergeseran strategi Amerika dari dukungan militer penuh menjadi dorongan diplomasi langsung. Namun, bagi Kyiv, pesan itu sekaligus menjadi pengingat bahwa perang ini belum tentu dimenangkan lewat senjata, melainkan melalui meja perundingan yang dikendalikan Washington dan Moskow.

Situasi masih berkembang. Semua mata kini tertuju pada pertemuan Trump dan Putin di Hungaria yang akan menentukan apakah langkah ini membawa perdamaian, atau justru menandai babak baru kompromi geopolitik.


Eksplorasi konten lain dari Insimen

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Leave a Reply

Eksplorasi konten lain dari Insimen

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca