Hidup di Kota yang Tak Pernah Tidur
Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali semua punya satu kesamaan yaitu ritme hidupnya yang cepat, bahkan terlalu cepat. Meeting, deadline, macet, notifikasi yang tak henti. Lama-lama banyak orang merasa “capek hidup”, bukan karena malas, tapi karena semua hal terasa harus dikejar.
Dari sinilah muncul satu tren baru yang diam-diam mulai meluas di kalangan anak muda urban yang disebut Soft Life Movement.
Apa Itu “Soft Life”?
Istilah soft life pertama kali populer di media sosial, terutama di kalangan perempuan muda yang menolak hidup keras demi validasi sosial. Tapi sekarang, maknanya berkembang jadi lebih universal:
Hidup yang tenang, tidak terburu-buru, cukup secara emosi, bukan sekadar materi.
Soft life bukan berarti malas bekerja, tapi menolak tekanan berlebihan yang membuat hidup kehilangan rasa.
Kamu tetap produktif, tapi dengan ritme yang manusiawi.
Kamu tetap sukses, tapi tidak harus menyiksa diri.
Cara Hidup “Soft” di Tengah Kota Keras
Batasi Overworking, tidak semua jam harus produktif, pilih pekerjaan dengan nilai, bukan sekadar nominal.
Kurangi Kompetisi Sosial, bandingkan dirimu hanya dengan versi dirimu kemarin.
Rawat Diri dengan Sederhana, jalan sore, minum kopi hangat, baca buku, tidur cukup itu semua bagian dari healing nyata.
Digital Detox, matikan notifikasi setelah jam kerja, duniamu tidak akan runtuh.
Bangun Lingkungan Tenang, ruang rapi, cahaya alami, tanaman kecil di meja kerja semua bantu menenangkan pikiran.
Tren Nyata di Kota-Kota Besar
Soft Life Movement kini terasa di mana-mana, di Jakarta banyak muncul coworking space yang konsepnya “slow work”, tanpa lembur dan penuh area santai.
Di Bandung, komunitas yoga & journaling tumbuh pesat. Di Bali, banyak pekerja digital memilih ritme “3 jam kerja, 3 jam hidup”. Di Surabaya, muncul kafe dan taman kota yang dirancang sebagai ruang tenang dari hiruk pikuk.
Kota besar mulai menyesuaikan diri dengan generasi yang ingin tetap produktif tanpa kehilangan kedamaian.
Hidup Lembut Bukan Berarti Lemah
Hidup lembut justru butuh keberanian keberanian untuk berkata “cukup”. Cukup kerja, cukup ambisi, cukup validasi. Karena yang paling mahal di kota besar bukan lagi apartemen mewah, tapi ketenangan batin dan bahagia.
Kalau kata gen baby boomer “ojo ngoyo”, gak perlu memaksakan diri karena hidup cuma sekali maka nikmatilah.
Eksplorasi konten lain dari Insimen
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.