Skip to main content

SoftBank GoTo kembali menjadi sorotan setelah raksasa investasi asal Jepang itu bergabung dengan kelompok pemegang saham besar yang mendorong pergantian CEO GoTo Group, Patrick Walujo. Langkah ini disebut sebagai manuver strategis yang bisa membuka jalan bagi akuisisi potensial oleh Grab Holdings.

Investor Besar Bergerak Serentak

Gerakan ini tidak hanya datang dari SoftBank. Dua investor utama lain, Provident Capital Partners dan Peak XV Partners, juga dikabarkan ikut bergabung dalam tekanan kolektif terhadap manajemen GoTo.

Menurut sumber internal, para investor telah menandatangani sebuah memo kepada dewan direksi yang menyerukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Agenda utamanya adalah melakukan voting terkait posisi CEO dan arah strategi perusahaan ke depan.

Ketidakpuasan atas Kinerja Saham

Selama masa jabatan Patrick Walujo, nilai pasar GoTo anjlok lebih dari 40%. Kinerja ini dinilai tidak sebanding dengan ekspektasi investor yang berharap pemulihan cepat pasca-merger antara Gojek dan Tokopedia.

Bagi banyak pemegang saham besar, penurunan nilai ini bukan hanya soal pasar, tetapi juga soal kepercayaan terhadap kepemimpinan.

Hambatan terhadap Rencana Akuisisi Grab

Selain performa keuangan, Patrick Walujo juga disebut menolak pembicaraan lanjutan terkait akuisisi oleh Grab. Beberapa investor melihat keputusan itu sebagai hambatan strategis terhadap peluang sinergi besar antara dua raksasa digital Asia Tenggara.

RUPSLB: Pertaruhan Posisi Patrick Walujo

Goto

Jika RUPSLB disetujui, rapat luar biasa ini bisa menjadi momen krusial bagi masa depan GoTo. Para pemegang saham besar disebut telah menyiapkan agenda khusus untuk mengganti CEO, dengan alasan mempercepat pemulihan nilai perusahaan dan membuka opsi merger yang lebih rasional.

Potensi Kandidat Pengganti

Meski belum diumumkan secara resmi, beberapa nama internal dan eksternal mulai disebut-sebut. Sejumlah investor ingin sosok yang lebih terbuka terhadap restrukturisasi strategis dan kemitraan lintas platform, termasuk kemungkinan bergabung dengan Grab.

Efek Langsung ke Pasar

Isu ini langsung mengguncang pasar modal. Saham GoTo sempat menguat tipis setelah kabar tekanan investor muncul, menunjukkan spekulasi bahwa perubahan manajemen bisa menjadi katalis positif bagi valuasi.

Akuisisi Grab: “Twist Dramatis” di Panggung Startup Asia

Langkah SoftBank dan mitra investornya disebut sebagai “twist dramatis” dalam perjalanan panjang GoTo. Selama dua tahun terakhir, hubungan antara GoTo dan Grab diwarnai oleh persaingan ketat di sektor transportasi, pembayaran digital, dan e-commerce. Namun kini, situasi berubah arah.

Grab dalam Posisi Lebih Kuat

Grab Holdings mencatatkan pertumbuhan laba yang stabil dan berhasil menekan kerugian operasional secara signifikan sepanjang 2025. Kondisi ini menempatkan Grab pada posisi lebih kuat untuk melakukan ekspansi melalui akuisisi strategis.

Keuntungan bagi SoftBank

SoftBank sendiri memiliki kepentingan besar di kedua perusahaan. Jika akuisisi Grab terhadap GoTo berhasil, SoftBank berpotensi mendapatkan konsolidasi nilai investasi dan efisiensi portofolio teknologi Asia Tenggara.

Langkah ini dianggap sebagai bagian dari strategi SoftBank pasca-Masa Son yang ingin memfokuskan portofolio pada entitas teknologi unggulan dengan skala regional.

Dampak bagi Ekosistem Digital Indonesia

Jika pergantian CEO benar-benar terjadi dan akuisisi dilanjutkan, dampaknya akan terasa luas di ekosistem startup Indonesia. GoTo adalah simbol kolaborasi antara dua raksasa lokal, dan perubahan arah ini bisa menjadi sinyal pergeseran kepemilikan ke tangan asing.

Implikasi Regulasi

Kementerian dan otoritas pasar modal kemungkinan akan memantau proses ini dengan ketat, mengingat GoTo adalah perusahaan publik yang memiliki jutaan investor ritel. Selain itu, pengambilalihan oleh Grab akan membuka diskusi baru tentang penguasaan pasar digital nasional.

Potensi Sinergi Bisnis

Dari sisi operasional, merger antara Grab dan GoTo dapat menciptakan efisiensi besar dalam layanan ride-hailing, e-commerce, dan fintech. Namun di sisi lain, penggabungan ini juga berpotensi mengurangi kompetisi di pasar digital Indonesia.

Analisis: Momentum dan Risiko Strategis

GoTo

Pengamat pasar menilai, tekanan terhadap Patrick Walujo adalah bentuk ketidakpuasan yang sudah lama terakumulasi. Banyak pihak menilai GoTo kehilangan arah pasca-IPO, sementara investor besar ingin mengarahkan kembali fokus perusahaan ke profitabilitas dan sinergi regional.

Risiko Ketidakpastian

Meski begitu, pergantian manajemen bukan tanpa risiko. Proses transisi dapat menciptakan ketidakpastian internal, terutama bagi ribuan karyawan yang tengah menyesuaikan diri dengan kebijakan efisiensi biaya dan otomatisasi layanan.

Kesempatan Emas untuk Reposisi

Di sisi lain, jika dikelola dengan baik, momentum ini bisa menjadi kesempatan bagi GoTo untuk membangun kembali reputasi investor dan menegaskan kembali posisi sebagai pemain utama ekonomi digital Asia Tenggara.

Gerakan yang dipimpin oleh SoftBank, Provident Capital, dan Peak XV menandai fase baru dalam dinamika korporasi GoTo. Dengan tekanan yang semakin kuat terhadap Patrick Walujo, masa depan perusahaan kini berada di persimpangan: melanjutkan arah lama dengan risiko stagnasi, atau berubah drastis membuka jalan menuju merger besar dengan Grab.

Bila langkah pergantian CEO benar-benar terealisasi, pasar akan menantikan babak baru integrasi ekonomi digital Asia, di mana nama GoTo dan Grab bisa menjadi simbol aliansi teknologi terbesar di kawasan ini.

Untuk berita lanjutan dan analisis mendalam, pembaca dapat mengikuti update selanjutnya di Insimen News.

Leave a Reply