Skip to main content

Kendang Jimbe menjadi jembatan antara identitas lokal dan akses global. Sejak awal, alat musik tradisional ini menjadi produk andalan yang meneguhkan keunikan kerajinan dari Blitar. Dengan visi kuat dan strategi matang, Anik Sriati, pendiri CV Cherry Blossom Indonesia, berhasil menempatkan kendang jimbe sebagai produk ekspor bernilai tinggi.

Jejak Awal: Dari Marketing ke Eksportir

Anik Sriati memulai langkahnya sebagai tenaga pemasaran lepas. Ia melihat adanya permintaan besar dari pasar internasional terhadap kerajinan lokal, terutama kendang jimbe. Namun, banyak pembeli luar negeri yang kesulitan menemukan produk berkualitas dan berstandar ekspor. Melihat peluang itu, Anik memutuskan terjun langsung menjadi eksportir dan menggandeng berbagai mitra logistik untuk memuluskan pengiriman.

Keberaniannya membuahkan hasil. Ia mendirikan CV Cherry Blossom Indonesia, perusahaan ekspor yang fokus pada produk alat musik tradisional. Di bawah payung usaha ini, kendang jimbe Blitar mulai dikirim ke berbagai negara seperti Tiongkok, Kanada, dan kawasan Asia lainnya.

Skala Produksi dan Kemitraan Perajin

Kemitraan dan Standarisasi Kualitas

Untuk memenuhi permintaan ekspor yang tinggi, Anik menjalin kerja sama dengan lebih dari 20 perajin lokal di Blitar. Para pengrajin dibina agar mampu memproduksi kendang dengan standar kualitas yang sama, mulai dari pemilihan bahan kayu hingga proses penyamakan kulit.

Kendang jimbe yang diekspor umumnya dibuat dari kayu mahoni pilihan dengan kulit kambing berkualitas agar menghasilkan suara khas dan daya tahan tinggi. Bila bahan kayu menipis, mereka bekerja sama dengan Perhutani untuk menjamin pasokan bahan baku legal dan berkelanjutan.

Volume Produksi dan Ekspor

Dalam sepekan, CV Cherry Blossom mampu mengemas hingga empat ribu unit kendang jimbe untuk diekspor. Jumlah ini setara dengan empat kontainer setiap bulan. Pangsa pasar terbesar berada di Tiongkok, diikuti Kanada dan beberapa negara Eropa.

Pada 2025, CV Cherry Blossom menandai tonggak penting dengan ekspor perdana ke Tiongkok sebanyak dua kontainer, berisi lebih dari lima ribu kendang jimbe. Total pesanan yang diterima bahkan mencapai tujuh kontainer, menunjukkan kepercayaan tinggi dari pembeli luar negeri terhadap produk asli Blitar ini.

Pencapaian Omzet dan Tantangan

Dari perjalanan bisnisnya, Anik mencatat omzet bulanan mencapai tiga hingga lima miliar rupiah. Pada tahun-tahun sebelumnya, perusahaan sempat mengekspor hingga lima puluh kontainer dengan nilai sekitar empat ratus juta rupiah per kontainer. Angka ini menunjukkan bahwa permintaan kendang jimbe di pasar global terus meningkat.

Namun, tantangan tetap ada. Proses administrasi ekspor yang kompleks, regulasi bea cukai, serta fluktuasi biaya logistik menjadi hambatan yang harus dihadapi. Selain itu, menjaga konsistensi kualitas produk di tengah tingginya volume produksi menjadi ujian tersendiri.

Di sisi lain, munculnya produk tiruan dari luar negeri menuntut Anik untuk terus berinovasi dan memperkuat brand kendang jimbe asli Blitar sebagai produk otentik bernilai budaya.

Strategi Kunci Kesuksesan

  • Fokus pada produk khas lokal
    Menjadikan kendang jimbe bukan sekadar alat musik, tetapi representasi kebanggaan budaya daerah yang memiliki nilai jual unik.
  • Menjaga kualitas ekspor
    Setiap unit kendang melewati proses seleksi ketat dari bahan baku, pewarnaan, hingga pengemasan, agar layak dipasarkan secara internasional.
  • Menjalin koneksi internasional
    Anik aktif menjalin komunikasi dengan buyer dan asosiasi perdagangan luar negeri untuk memperluas jangkauan pasar.
  • Sinergi dengan ekosistem lokal
    Ia juga bekerja sama dengan pemerintah daerah, asosiasi pengusaha, dan lembaga pembiayaan agar perajin lokal mendapatkan dukungan berkelanjutan.
  • Ekspansi pasar strategis
    Fokus utama ekspor diarahkan ke negara-negara dengan minat tinggi terhadap alat musik tradisional dan produk kerajinan alami.

Dampak dan Inspirasi untuk UMKM Lainnya

Kisah sukses Anik Sriati membuktikan bahwa produk lokal memiliki peluang besar di pasar global jika dikelola dengan visi dan konsistensi. Dari dapur rumah hingga ke panggung ekspor, perjalanan ini menjadi bukti nyata bahwa UMKM Indonesia mampu bersaing di level dunia.

Lebih dari sekadar bisnis, langkah Anik juga membuka peluang bagi para perajin di Blitar untuk meningkatkan kesejahteraan. Ratusan perajin kini merasakan manfaat langsung dari ekspor kendang jimbe yang terus meningkat setiap tahun.

Bagi UMKM lain, pelajaran penting yang bisa diambil adalah fokus pada produk khas daerah, jaga kualitas ekspor, dan jalin koneksi internasional. Dengan kombinasi itu, usaha kecil bisa melangkah menuju pasar global dan menjadi bagian dari kebangkitan ekonomi kreatif Indonesia.

Kendang jimbe dari Blitar kini bukan hanya simbol tradisi, tetapi juga kisah keberhasilan ekonomi lokal yang mendunia. Dari tangan-tangan perajin dan visi seorang Anik Sriati, dunia mengenal bahwa alat musik sederhana pun bisa menggaung hingga ke mancanegara.
Untuk kisah inspiratif UMKM lainnya, pembaca dapat melanjutkan membaca artikel sejenis di Insimen.


Eksplorasi konten lain dari Insimen

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Leave a Reply

Eksplorasi konten lain dari Insimen

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca