Belanja iklan global pada 2025 diperkirakan melampaui perkiraan awal setelah lembaga riset WARC merevisi proyeksi pertumbuhannya menjadi 7,4 persen. Angka ini berarti pasar iklan dunia bisa mencapai US$1,17 triliun tahun depan. Lonjakan tersebut bukan sekadar angka statistik, melainkan cerminan perubahan mendasar dalam cara industri global menempatkan strategi komunikasi dan pemasaran.
Kenaikan ini juga menegaskan pergeseran besar menuju ekosistem digital. Hampir seluruh pertumbuhan dipicu platform daring, mulai dari media sosial, video digital, hingga retail media. Data terbaru menunjukkan sembilan dari setiap sepuluh dolar tambahan belanja iklan mengalir ke ranah digital. Kondisi ini menandai transformasi permanen yang mempersempit ruang bagi media tradisional.
Dominasi Platform Digital dalam Pertumbuhan
Perubahan arah belanja iklan tidak bisa dilepaskan dari pesatnya pertumbuhan platform digital. Investasi iklan kini lebih difokuskan pada kanal yang mampu mengukur kinerja secara detail, sekaligus menyediakan peluang personalisasi untuk audiens.
Media Sosial dan Video Sebagai Motor Utama
Media sosial dan format video digital muncul sebagai pendorong utama belanja iklan. Format short video seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts memperlihatkan peningkatan signifikan. Menurut laporan WARC, belanja iklan di sektor ini diperkirakan naik dua digit pada 2025.
Pertumbuhan tersebut tidak hanya didorong oleh jumlah pengguna, tetapi juga oleh kemampuan platform menyediakan lingkungan bagi konten kreator. Data menunjukkan pendapatan iklan di sekitar ekosistem kreator berpotensi naik hingga 20 persen. Hal ini menegaskan bahwa audiens kini lebih mempercayai komunikasi yang datang melalui sosok kreator dibandingkan iklan tradisional.
Di sisi lain, platform video digital seperti YouTube juga memperluas jangkauan melalui integrasi dengan layanan streaming. Pengiklan menilai iklan berbasis video lebih mampu menghasilkan engagement. Selain itu, biaya per seribu tayangan (CPM) di kanal video relatif lebih kompetitif dibandingkan iklan televisi tradisional, sehingga menarik perhatian merek global.
Retail Media Menjadi Kanal Paling Cepat Berkembang
Retail media diperkirakan tumbuh paling cepat, naik sekitar 14,4 persen menjadi US$176,2 miliar. Laporan menyebut pangsa retail media akan mencapai 15,2 persen dari total belanja iklan global. Format ini dinilai efektif karena iklan langsung ditampilkan di dekat titik pembelian, sehingga peluang konversi jauh lebih tinggi.
Fenomena ini terlihat jelas di pasar India, di mana iklan berbasis e-commerce melonjak 26 persen pada tahun fiskal berjalan. Retailer global dan lokal mulai mengandalkan iklan sebagai sumber pendapatan inti, sementara merek mendapat akses ke data perilaku konsumen yang lebih detail. Kondisi ini menciptakan simbiosis antara platform dan pengiklan.
Perbedaan Proyeksi antar Lembaga
Meskipun WARC optimistis, beberapa lembaga riset lain masih berhati-hati dalam memberikan proyeksi. Hal ini menunjukkan bahwa pasar iklan global masih berada dalam ketidakpastian yang dipengaruhi faktor makroekonomi.
MAGNA dan WPP Media Menyampaikan Pandangan Konservatif
MAGNA memperkirakan pertumbuhan belanja iklan global hanya 4,9 persen pada 2025, dengan nilai sekitar US$979 miliar. Laporan ini menekankan risiko perlambatan ekonomi di beberapa negara besar serta dampak inflasi pada belanja konsumen.
WPP Media, yang sebelumnya dikenal sebagai GroupM, juga memangkas proyeksi ke kisaran US$1,08 triliun. Mereka menyoroti kekhawatiran terhadap tarif dagang yang bisa menekan sektor otomotif, ritel, dan elektronik. Perbedaan angka ini wajar, karena setiap lembaga menggunakan metodologi, cakupan media, dan definisi pendapatan yang berbeda.
Namun, meskipun terdapat variasi angka, semua lembaga sepakat bahwa digital tetap menjadi motor pertumbuhan. Hal ini memperkuat posisi perusahaan teknologi besar sebagai pemain dominan dalam lanskap iklan global.
Sensitivitas Terhadap Kebijakan Dagang
Faktor tarif dagang disebut sebagai variabel penting yang bisa mengubah arah belanja iklan. Beberapa pengiklan besar mengaku sudah menyiapkan skenario alternatif jika biaya impor naik signifikan. Sektor elektronik dan otomotif termasuk yang paling rentan terhadap kebijakan ini.
Di sisi lain, ada indikasi efek windfall sebelum tarif baru diberlakukan. Data kuartal kedua menunjukkan adanya lonjakan belanja iklan di Amerika Serikat karena perusahaan berupaya memaksimalkan promosi sebelum harga produk naik. Fenomena ini bisa membuat pertumbuhan tahun 2025 terlihat lebih tinggi, tetapi dengan risiko perlambatan di periode berikutnya.
Strategi Merek Menghadapi 2025
Dengan situasi pasar yang penuh peluang sekaligus risiko, merek global maupun lokal dituntut untuk lebih adaptif dalam menyusun strategi komunikasi.
Optimalisasi Kanal Digital yang Mengonversi
Prioritas utama pengiklan adalah mengalokasikan anggaran ke kanal yang terbukti mampu menghasilkan konversi. Retail search, sponsored product, dan shoppable video dipandang sebagai format yang paling relevan. WARC menegaskan retail media akan menjadi penggerak tercepat belanja iklan, sehingga merek perlu memanfaatkan momentum ini.
Integrasi data menjadi kunci. Pengiklan harus mampu menghubungkan metrik iklan dengan return on ad spend (ROAS), lifetime value (LTV), dan margin kontribusi. Dengan demikian, alokasi lintas platform bisa dipertahankan meski kondisi makro berubah.
Peran Konten Kreator dalam Ekosistem Iklan
Kemitraan dengan konten kreator kini menjadi elemen penting strategi pemasaran. Merek harus membangun hubungan jangka panjang dengan kreator untuk menjaga konsistensi pesan. Selain itu, kontrak hak cipta dan pengukuran dampak kampanye perlu diformalkan agar setiap investasi dapat dievaluasi dengan jelas.
Ekosistem kreator juga memungkinkan brand masuk ke audiens yang sulit dijangkau dengan iklan konvensional. Dengan pendekatan ini, perusahaan bisa memanfaatkan kepercayaan personal antara kreator dan pengikutnya.
Pentingnya Skenario Anggaran Fleksibel
Ketidakpastian global menuntut perusahaan menyiapkan lebih dari satu skenario anggaran. Baseline dapat mengikuti proyeksi WARC dengan pertumbuhan 7,4 persen. Namun, perlu pula disiapkan skenario konservatif dengan asumsi pertumbuhan sekitar 4 sampai 5 persen, serta skenario agresif untuk memanfaatkan momen promosi musiman.
Pendekatan fleksibel ini akan membantu perusahaan menyesuaikan diri dengan cepat jika kondisi ekonomi global berubah. Selain itu, strategi ini memastikan pengiklan tetap relevan dan kompetitif di tengah persaingan yang semakin intensif.
Proyeksi belanja iklan global 2025 memberikan optimisme baru dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dari perkiraan awal. Namun, dominasi digital membawa tantangan tersendiri karena membuat pasar semakin bergantung pada performa platform teknologi. Untuk bertahan dan tumbuh, pengiklan harus cermat dalam memilih kanal, memperkuat hubungan dengan kreator, serta menyiapkan skenario anggaran yang luwes.
Eksplorasi konten lain dari Insimen
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.