Suku bunga BI kembali ditahan. Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75 persen dan menegaskan bahwa stabilitas rupiah masih jadi pekerjaan utama.
Keputusan ini datang saat rupiah masih rentan digoyang arus global, mulai dari pergerakan dolar AS sampai sentimen risiko di pasar keuangan. Bank sentral juga menahan suku bunga fasilitas simpanan dan fasilitas pinjaman, sehingga arah kebijakan terlihat jelas. Stabil dulu. Baru gas pertumbuhan.
Dalam penjelasannya, Bank Indonesia menekankan strategi stabilisasi rupiah lewat intervensi di pasar valas, termasuk pasar spot dan instrumen lindung nilai, serta kesiapan masuk juga di pasar luar negeri bila diperlukan. Ini selaras dengan target menahan volatilitas agar tidak merembet ke inflasi dan kepercayaan investor portofolio.
Di sisi inflasi, angkanya masih relatif jinak. Inflasi November tercatat 2,72 persen dan tetap berada dalam rentang sasaran bank sentral, sehingga ruang pelonggaran sebenarnya ada. Namun bank sentral memilih menunggu timing yang aman, karena rupiah sering jadi pembatas saat sentimen global sedang panas.
Perry Warjiyo juga sempat menegaskan inti keputusan itu dengan kalimat singkat, “memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 4,75%.” Pasar membaca pesan lanjutannya. Bank Indonesia masih bisa melonggarkan lagi ke depan, tapi tidak akan mengorbankan stabilitas kurs demi potongan suku bunga yang prematur.
Kesimpulannya sederhana. Kalau rupiah belum benar benar tenang, suku bunga akan tetap dijaga. Analisis lebih mendalam mengenai fenomena ini bisa ditemukan di Insimen untuk perspektif yang lebih tajam.
Eksplorasi konten lain dari Insimen
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.









