Skip to main content

Pinjaman SAME dari PT Bank CIMB Niaga Tbk kembali meningkat dan menandai langkah strategis PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) dalam memperkuat ekspansi jaringan rumah sakitnya. Pada pengumuman terbaru, perusahaan memastikan bahwa fasilitas pinjaman tersebut mencapai plafon maksimal Rp200 miliar, sekaligus menunjukkan kepercayaan perbankan terhadap prospek bisnis grup kesehatan ini di 2025–2026.

Peningkatan ini diperoleh SAME bersama sejumlah anak usahanya, dengan penyampaian resmi melalui keterbukaan informasi ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Transaksi ini diklasifikasikan sebagai Transaksi Afiliasi namun ditegaskan tidak mengandung benturan kepentingan sesuai POJK No. 42/2020.

Guna menjamin fasilitas kredit tersebut, SAME menyerahkan aset berupa sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) yang dibebani Hak Tanggungan Peringkat I senilai Rp150 miliar. Langkah ini menjadi komponen utama dalam struktur kredit dan menggambarkan komitmen perusahaan memenuhi persyaratan bank.

Pinjaman SAME Menguat untuk Ekspansi 2025–2026

SAME memanfaatkan momentum pertumbuhan kebutuhan layanan kesehatan swasta di Indonesia. Peningkatan Pinjaman SAME menjadi peluang bagi grup untuk mempercepat ekspansi rumah sakit, modernisasi fasilitas, dan memperluas layanan digital. Pihak manajemen menegaskan bahwa struktur kredit yang lebih besar memberi ruang likuiditas yang lebih sehat.

Corporate Secretary SAME, Rahmiyati Yahya, mengungkapkan bahwa fasilitas pinjaman ini meningkatkan fleksibilitas keuangan perusahaan. Dengan pendanaan ini, perusahaan lebih siap menyongsong rencana pertumbuhan dan transformasi digital.

Struktur Pinjaman SAME dan Jaminan Aset

Peningkatan fasilitas kredit dari CIMB Niaga mencapai maksimal Rp200 miliar. Namun, jumlah ini tidak sepenuhnya bersifat otomatis. Penarikan dana dilakukan secara bertahap mengikuti kebutuhan operasional dan ekspansi rumah sakit. Beberapa anak usaha sudah memanfaatkan fasilitas ini, seperti PT Sarana Meditama International (SMI), UTPM, dan UNPM.

Dalam keterbukaan informasi, SAME memastikan bahwa aset jaminan berupa HGB dengan nilai Rp150 miliar diberikan sebagai Hak Tanggungan Peringkat I. Struktur jaminan seperti ini umum dilakukan untuk kredit korporasi berskala besar. Selain itu, perjanjian pinjaman ini juga mencakup covenant ketat seperti Net Debt/EBITDA maksimal 3 kali dan DSCR minimal 1,15 kali.

Selain itu, SAME menegaskan bahwa perjanjian kredit sudah sejalan dengan persyaratan perbankan dan regulasi OJK. Dibandingkan sektor rumah sakit swasta lain, posisi keuangan SAME dianggap masih stabil meski memiliki ekspansi agresif dalam dua tahun terakhir. Informasi lebih detail mengenai covenant dapat ditemukan dalam laporan keuangan SAME tahun 2024 melalui situs resmi EMC Healthcare (tautan eksternal DoFollow).

Keterlibatan Anak Usaha dalam Skema Pembiayaan

Ekspansi SAME tidak hanya mengandalkan entitas induk. Sebagian besar anak usaha yang menjalankan operasional rumah sakit turut menjadi penerima manfaat dari fasilitas pinjaman. Entitas seperti SMI, SMA, KSU, RSGK, UNPM, UTPM, dan SMS semuanya disebut dalam dokumen resmi.

Keterlibatan banyak anak usaha berarti bahwa fasilitas kredit tidak hanya digunakan untuk pembangunan rumah sakit baru, tetapi juga peremajaan peralatan, peningkatan infrastruktur digital, serta penguatan layanan unggulan seperti layanan gawat darurat dan imaging diagnostik. Hal ini sejalan dengan tren kesehatan Indonesia yang semakin mengutamakan kualitas layanan.

Selain itu, SAME menyatakan bahwa pembagian plafon pinjaman antar anak usaha dilakukan secara selektif berdasarkan kebutuhan masing-masing rumah sakit. Data interim menunjukkan bahwa beberapa entitas sudah menarik dana antara Rp10 miliar hingga Rp44 miliar. Informasi ini penting bagi investor karena menunjukkan realisasi fisik penggunaan fasilitas kredit.

Dampak Finansial dan Pengawasan OJK

Selain mengamankan dana ekspansi, perusahaan juga wajib memastikan bahwa kewajiban bunga tidak menggerus profitabilitas. Pemenuhan covenant menjadi faktor risiko utama. Dalam konteks industri rumah sakit yang padat modal, pengawasan OJK menjadi fondasi penting agar transaksi afiliasi tetap transparan.

Transaksi fasilitas pinjaman ini dikategorikan sebagai Transaksi Afiliasi, namun SAME menegaskan bahwa transaksi tidak mengandung benturan kepentingan. Ini penting untuk menjaga kepercayaan pemegang saham minoritas.

Rasio Keuangan dan Beban Utang

Salah satu poin yang perlu dicermati adalah besaran covenant. Net Debt/EBITDA maksimal 3 kali berarti SAME harus menjaga kapasitas laba sebelum bunga, pajak, dan depresiasi tetap solid untuk mengimbangi utang. Jika EBITDA tertekan, perusahaan berisiko melanggar perjanjian kredit.

DSCR minimal 1,15 kali mengharuskan kas masuk operasional cukup untuk membayar kewajiban bunga. Sementara Debt/Equity maksimal 1 kali menunjukkan bahwa leverage SAME harus dijaga pada titik aman. Covenant seperti ini lazim diberlakukan bank untuk sektor rumah sakit yang memiliki arus kas musiman.

Selain itu, perusahaan harus menjaga stabilitas aset jaminan. Bila nilai pasar properti turun atau terjadi perubahan kondisi fisik, bank dapat meminta tambahan jaminan. Investor disarankan memantau laporan keuangan kuartalan untuk melihat perubahan struktur utang.

Pengawasan OJK dan Tranparansi Transaksi Afiliasi

SAME menegaskan bahwa transaksi ini telah melalui prosedur pengawasan internal sesuai peraturan OJK. Berdasarkan POJK 42/2020, transaksi afiliasi diperbolehkan selama tidak memunculkan benturan kepentingan dan setara dengan praktik pasar yang wajar.

Perusahaan juga secara resmi menyampaikan dokumen keterbukaan informasi yang dapat diakses publik. Tingkat transparansi ini penting untuk menjaga kredibilitas SAME sebagai emiten yang mengelola aset rumah sakit berskala nasional.

Prospek SAME dan Tantangan Industri Rumah Sakit

Pinjaman SAME

Pertumbuhan industri kesehatan Indonesia semakin kompetitif, terutama dengan kehadiran rumah sakit swasta yang menawarkan layanan premium. Peningkatan Pinjaman SAME menjadi langkah strategis untuk bertahan dan memperluas pangsa pasar.

Perusahaan menilai bahwa investasi pada transformasi digital dan peningkatan mutu layanan menjadi faktor penting dalam memenangkan persaingan.

Ekspansi Layanan dan Digitalisasi

SAME menargetkan peningkatan layanan melalui implementasi sistem rekam medis elektronik, digitalisasi administrasi, hingga telemedisin. Dengan pendanaan baru, integrasi sistem dan pembangunan pusat data menjadi lebih memungkinkan.

Selain itu, perusahaan ingin memperkuat layanan unggulan seperti bedah minimal invasif, kardiologi, dan layanan ibu-anak. Investasi alat kedokteran canggih menjadi bagian dari agenda tersebut. Hal ini relevan dengan profil demografi Indonesia yang makin membutuhkan layanan kesehatan modern.

Di sisi lain, digitalisasi membantu meningkatkan akurasi diagnosis dan mempersingkat waktu pelayanan. SAME melihat digitalisasi sebagai diferensiasi utama menghadapi rumah sakit kompetitor seperti Siloam, Mitra Keluarga, dan Hermina.

Risiko Bisnis dan Persaingan Industri

Meskipun prospek pertumbuhan positif, risiko tetap ada. Industri kesehatan sangat sensitif terhadap perubahan regulasi. Kenaikan tarif BPJS, aturan tenaga kesehatan, dan persyaratan peralatan medis dapat mempengaruhi margin.

Selain itu, ekspansi yang dibiayai utang mengharuskan SAME menjaga pertumbuhan pendapatan yang stabil. Jika ekspansi tidak menghasilkan peningkatan kinerja keuangan, perusahaan menghadapi tekanan arus kas.

Dari perspektif pasar, persaingan antar rumah sakit swasta juga meningkat. Rumah sakit baru di daerah urban menambah tekanan kompetitif. Investor perlu memantau strategi diferensiasi SAME dalam menghadapi dinamika sektor.

Peningkatan Pinjaman SAME dari CIMB Niaga hingga Rp200 miliar memperlihatkan keyakinan kuat terhadap pertumbuhan industri kesehatan di Indonesia. Namun, ekspansi yang agresif harus diimbangi dengan manajemen risiko dan pemenuhan covenant kredit. Bagi pembaca yang ingin mengikuti perkembangan industri kesehatan, silakan lanjutkan membaca artikel terkait lainnya di Insimen.

Leave a Reply