Skip to main content

Uni Eropa mulai menerapkan Sistem Digital Perbatasan untuk mencatat secara elektronik setiap kedatangan dan keberangkatan warga non-Uni Eropa (non-UE). Langkah ini menandai era baru dalam pengawasan perbatasan dan keamanan wilayah Schengen, menggantikan pencatatan manual berbasis stempel paspor.

Sistem ini dirancang untuk mempercepat proses imigrasi sekaligus memperkuat keamanan di seluruh wilayah Uni Eropa. Melalui digitalisasi, data setiap pengunjung termasuk biometrik seperti sidik jari dan foto wajah akan tersimpan secara terpusat di sistem Entry/Exit (EES).

Latar Belakang dan Tujuan Sistem Baru

Penerapan sistem ini merupakan bagian dari strategi digitalisasi keamanan UE yang disetujui oleh Parlemen Eropa sejak 2017. Setelah beberapa kali penundaan karena kendala teknis dan pandemi, proyek akhirnya mulai berjalan secara bertahap pada 2025.

Uni Eropa menilai bahwa sistem manual sudah tidak efektif menghadapi volume perjalanan pascapandemi yang meningkat tajam. Selain itu, ancaman terorisme dan penyalahgunaan izin tinggal menjadi alasan utama penerapan sistem digital.

Sistem Digital Perbatasan dan Data Keamanan

Sistem Digital Perbatasan mencatat empat kategori data utama: identitas, data biometrik, tanggal masuk, dan tanggal keluar. Dengan begitu, otoritas dapat mengetahui dengan tepat siapa yang melanggar izin tinggal atau melakukan overstay.

EES juga terhubung dengan sistem informasi Schengen (SIS) dan database Europol. Kolaborasi ini memungkinkan deteksi lebih cepat terhadap individu yang terlibat dalam aktivitas ilegal lintas batas.

Selain itu, sistem ini membantu mempercepat verifikasi di bandara dan pos perbatasan darat dengan meminimalkan interaksi manual.

Dampak bagi Warga Non-Uni Eropa

Mulai 2025, setiap warga negara non-UE yang memasuki kawasan Schengen akan melalui proses registrasi otomatis pertama kali. Setelah data tersimpan, perjalanan berikutnya akan lebih cepat karena sistem mengenali profil digital mereka.

Namun, transisi awal diperkirakan akan menimbulkan antrean lebih panjang di beberapa bandara besar seperti Paris Charles de Gaulle, Frankfurt, dan Amsterdam Schiphol. Pemerintah masing-masing negara anggota kini memperkuat infrastruktur teknis untuk mengantisipasi lonjakan arus wisatawan.

Reaksi Negara Anggota dan Tantangan Implementasi

Banyak negara anggota UE menyambut baik langkah ini, terutama karena dapat meningkatkan keamanan dan efisiensi di perbatasan luar. Namun, beberapa pihak menyoroti tantangan privasi dan kesiapan infrastruktur digital di negara tertentu.

Isu Privasi dan Perlindungan Data

Organisasi hak digital di Eropa menyoroti potensi risiko penyalahgunaan data biometrik. Mereka menuntut jaminan bahwa sistem baru akan mematuhi General Data Protection Regulation (GDPR) yang ketat.

Menurut European Data Protection Supervisor (EDPS), data yang dikumpulkan tidak boleh digunakan di luar tujuan keamanan dan harus dihapus setelah masa berlaku tertentu. Uni Eropa menegaskan komitmennya terhadap prinsip transparansi dan pengawasan publik dalam setiap tahap operasional.

Infrastruktur dan Pelatihan Petugas

Negara-negara di Eropa Timur dan Selatan, seperti Yunani dan Bulgaria, masih memerlukan pembaruan sistem dan pelatihan petugas. Uni Eropa mengalokasikan dana tambahan untuk memastikan kesiapan penuh seluruh pos perbatasan hingga akhir 2025.

Komisi Eropa menekankan bahwa teknologi tidak boleh menjadi hambatan, melainkan solusi untuk keamanan dan mobilitas yang efisien.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Sistem Digital Perbatasan

Selain aspek keamanan, Sistem Digital Perbatasan diperkirakan berdampak pada sektor pariwisata dan bisnis lintas negara. Proses digital dapat memangkas waktu antrean hingga 40 persen setelah masa adaptasi selesai.

Peluang untuk Industri Teknologi

Perusahaan teknologi Eropa seperti Thales dan Idemia menjadi penyedia utama perangkat biometrik dan sistem integrasi data. Proyek bernilai miliaran euro ini juga mendorong pertumbuhan industri keamanan digital di kawasan tersebut.

Penerapan sistem ini juga berpotensi mempercepat pengembangan infrastruktur smart border di masa depan, termasuk integrasi dengan kecerdasan buatan untuk mendeteksi pola perjalanan mencurigakan.

Dampak terhadap Wisatawan dan Tenaga Kerja

Bagi wisatawan, sistem ini akan mempermudah perjalanan setelah registrasi awal. Sementara bagi pekerja musiman dan pelajar internasional, data mereka akan terhubung dengan izin tinggal digital, meminimalkan kesalahan administratif yang sering terjadi sebelumnya.

Namun, ada kekhawatiran bahwa biaya operasional baru akan meningkatkan harga tiket atau biaya layanan imigrasi di masa depan.

Langkah Lanjutan Uni Eropa

Uni Eropa berencana mengintegrasikan Sistem Digital Perbatasan dengan platform ETIAS (European Travel Information and Authorisation System) pada 2026. Dengan kombinasi ini, pengunjung dari luar UE harus mendapatkan otorisasi perjalanan sebelum keberangkatan.

Langkah tersebut serupa dengan sistem ESTA di Amerika Serikat, yang telah terbukti efektif dalam memperkuat pengawasan keamanan dan manajemen data pengunjung.

Selain itu, Komisi Eropa tengah menyiapkan kebijakan untuk memperluas penggunaan identitas digital Eropa (EUDI Wallet) agar memudahkan proses lintas negara dalam satu ekosistem data yang aman dan terintegrasi.

Penerapan Sistem Digital Perbatasan menandai babak baru dalam keamanan dan manajemen mobilitas global. Meski masih menghadapi tantangan teknis dan sosial, inisiatif ini menjadi tonggak penting bagi digitalisasi tata kelola perbatasan dunia.


Eksplorasi konten lain dari Insimen

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Leave a Reply

Eksplorasi konten lain dari Insimen

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca